Sebagai
wasit terbaik di dunia selama enam tahun berturut-turut antara tahun 1998 dan
2003, serta di Serie A sebanyak tujuh kali, Collina sudah memimpin pertandingan
penting di berbagai kompetisi. Mulai dari final Piala UEFA, final Liga
Champions, final Piala Dunia, Olimpiade, dan di kejuaraan Eropa. Wasit
menurutnya bukan suatu pekerjaan sukarela atau sebuah profesi. Namun, ia
mengubahnya sebagai suatu gaya hidup.
Pierluigi Collina dikenal banyak sebagai wasit yang
krusial. Dalam permainan yang dipimpinnya, ia selalu mengambil peran utama, dan
tetap dihormati dan dicintai. Dalam perjalanannya, ia terdaftar dalam sebuah
kursus wasit pada usia 17 tahun, setelah sebelumnya ia sempat menjadi pemain
belakang di sebuah klub amatir.
Collina
dalam waktu tiga tahun kemudian ke level tertinggi, dan sampai ke l;isensi
Serie C1. Salah satu rahasia suksesnya adalah reasa hormat. “Anda harus
diterima di lapangan bermain bukan karena Anda wasit, tapi orang-orang karena
percaya padamu. Ini berarti Anda dapat mencapai hasil terbaik sebagai wasit
yang bisa mencapai, yang akan diterima bahkan ketika ia melakukan kesalahan,”
katanya, setelah pensiun.
Jika pemain
elit mulai percaya tindakan pengambilan keputusan Anda dan cara Anda, orang
lain akan mengikutinya. Jika pemain dan manajer mulai kehilangan kepercayaan
dalam penilaian Anda, setiap satu dari keputusan Anda tak kenal ampun. Collina
melampaui sekadar hormat; ia menciptakan aura.
Tidak ada
keraguan bahwa penampilan pria asal Italia ini terbentuk sebagian besar dari
aura itu. Collinaselalu membuat penonton terkejut. Kehadirannya di atas
lapangan hijau selalu mencolok, dengan gaya rambutnya yang plontos, karena
masalah alopecia (kerontokan rambut) yang parah.
Di atas
segalanya, ia memiliki sepasang mata yang membuat mereka yang melihat,
terbelalak. Collina terliuhat serius, seperti hamster yang sedang dipegang
erat. Tatapannya sudah membuat jutaan para pemain merasa ditelanjangi.
Setiap kali
akan memimpin pertandiungan, ia selalu mengunjungi stadion terlebih dahulu
sehri sebelumnya. Ia berjalan-jalan untuk melihat pemdangan dan aroma lapangan
agar tak merasa kehilangan. “Dalam persiapan untuk pertandingan saya menonton
kedua tim di televisi setidaknya sekali. Hal pertama yang saya mencoba untuk
menghafal ketika saya belajar permainan kedua tim di televisi adalah bagaimana
mereka bermain, taktik yang mereka gunakan di lapangan, baik untuk bertahan dan
menyerang,” katanya, yang dituliskannya dalam biografinya.
Wasit dalam
sepakbola merupakan tugas yang tanpa pamrih. Merupakan pekerjaan yang hampir
mustahil menyeimbangkan keputusan yang ketat dengan akal sehat, dan otoritas
tanpa over-dominasi. Wasit harus mampu mengelola 22 ego yang terpisahkan, dan
bertanggung jawab atas pemain yang kadang memiliki bayaran lebih dari
pekerjaannya. Jika dibandingkan, seminggu gaji mereka seperti setahun gajinya.
Collina
adalah penangkal segala sesuatu yang telah terjadi sebelumnya. I a adalah orang
yang mengambil wasit sepak bola ke zaman modern, yang menambahkan tingkat baru
profesionalisme untuk profesi. "Orang-orang mungkin tidak menganggap wasit
sebagai atlet, tapi kita,” kata Collina.
Foto:
internet
0 komentar:
Post a Comment